Keterangan Gambar : Turki Ingin Mediasi Vladimir Putin dan Zelensky Dalam Hitungan Hari
FocusNEWS. JAKARTA-Turki berharap pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Vladimir Zelensky akan berlangsung dalam beberapa hari ke depan. Hal itu dia sampaikan setelah menghadiri pertemuan untuk membahas bantuan militer Barat ke Kiev yang digelar di Pangkalan Udara Ramstein, Jerman, Rabu (27/4/2022).
Hal ini disampaikan Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar pada hari Rabu setelah konsultasi tentang bantuan militer Barat ke Kiev yang diadakan di Pangkalan Udara Ramstein di Jerman.
"Kami berharap, meskipun ada beberapa kesulitan, kedua pemimpin akan dapat bertemu dalam beberapa hari mendatang berkat usulan dari presiden kami (Recep Tayyip Erdogan)," kata Akar seperti dikutip dalam keterangan pers yang dirilis Kementerian Pertahanan Turki, dilaporkan kantor berita Rusia, TASS.
Menurut Akar, Turki terus melakukan segala sesuatu yang diperlukan, termasuk memainkan peran mediasi, guna mengakhiri konflik di Ukraina dan gencatan senjata dicapai sesegera mungkin. “Sehingga situasi kemanusiaan di Ukraina tidak memburuk dan gencatan senjata dicapai sesegera mungkin,” ujarnya.
Ankara secara teratur menyatakan keinginannya untuk menjadi tuan rumah pertemuan antara Putin dan Zelensky. Meski merupakan salah satu anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Turki menjadi negara paling aktif dalam memediasi Rusia dan Ukraina. Pada 29 Maret lalu, delegasi Rusia dan Ukraina menggelar negosiasi di Istanbul. Meski tak mencapai kesepakatan gencatan senjata, Moskow berjanji mengurangi operasi militernya di sekitar Kiev dan Chernihiv.
Moskow sendiri telah berulang kali menanggapi proposal tersebut dengan menjelaskan bahwa Putin pada prinsipnya tidak pernah menolak untuk bertemu dengan Zelensky, tetapi teks dokumen tentang Ukraina perlu disiapkan.
Pada Selasa (24/4) lalu, Putin melakukan pertemuan dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres di Moskow. Pada pertemuan tersebut, Putin menyampaikan, dia masih berharap dialog dapat mengakhiri konflik di Ukraina. "Terlepas dari kenyataan bahwa operasi militer sedang berlangsung, kami masih berharap bahwa kami akan dapat mencapai kesepakatan di jalur diplomatik. Kami sedang bernegosiasi, kami tidak menolak (pembicaraan)," ungkap Putin kepada Guterres.
Putin menjelaskan bahwa proses negosiasi telah terjegal oleh tudingan yang menyebut pasukan Rusia membantai warga sipil di Bucha, Ukraina. “Ada provokasi di desa Bucha, yang tidak ada hubungannya dengan tentara Rusia,” ucap Putin.
Putin mengeklaim bahwa ia mengetahui siapa yang menyiapkan provokasi dan bagaimana mereka menjalankannya. Akan tetapi Putin tak mengungkapkan secara gamblang siapa pihak yang dimaksud. Pada kesempatan itu juga Putin mengaku mengetahui kekhawatiran Guterres tentang operasi militer Rusia di Ukraina. (ELL)
LEAVE A REPLY